Selasa, 13 Juli 2010

Mengenal lebih dekat kelompok HAMAS dan Nasehat bagi kaum muslimin Palestina



Masih kita dalam rangkaian pembahasan tentang tragedi yang menimpa saudara kita kaum muslimin di Pelestina dan masih kita dalam rangkaian menyebutkan sikap kaum muslimin yang harus diambil terkait dengan tragedi tersebut baik yang lalu, sekarang maupun yang akan datang dengan rincian yang telah kita bahas pada kajian-kajian sebelumnya.

Pada kajian kali ini kita ingin menyuguhkan sebuah nesehat untuk kaum muslimin di Palestina terkhusus kelompok pergerakan Hamas dan sekaligus ini sebagai nasehat untuk kaum muslimin di seluruh belahan bumi ini agar mereka bisa mengenali setiap perkara dengan apa yang telah dikenalkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, atau juga agar mereka dapat menyikapi setiap permasalahan yang ada di tengah umat dengan sikap yang telah dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah bimbingan para ulama yang jauh dari sikap-sikap yang tidak dilandasi ilmu dan jauh dari sikap-sikap ‘ashabiyyah (membela kepentingan pribadi atau kelompok secara membabi buta) karena sikap seperti ini tercela di dalam Islam, tercela di dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sikap ‘ashabiyyah adalah sikap yang dilakukan oleh kaum kafir dan musyrikin yang menentang Islam. Hujjah (alasan) mereka adalah ‘ashabiyyah atau taqlid (mengikuti sesuatu tanpa ilmu) buta, maka kita dilarang oleh Allah untuk meniru cara-cara orang-orang kafir dan musyrikin di dalam bersikap dan menilai sebuah permasalahan.

Kelompok Hamas yang sekarang ini ada di Palestina didirikan pada tanggal 8 Desember 1987 oleh pendirinya yang bernama Ahmad Yasin. Kelompok ini secara fikroh (pemikiran) atau manhaj (cara berpikir) adalah kelompok yang meniru jejak kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun, hal ini dapat kita mengetahuinya dari penegasan beberapa tokoh Hamas, diantaranya: Hamid Al-Baitawi, dia adalah perwakilan dari kelompok Hamas yang duduk di badan legislatif pemerintahan Palestina, dia menyatakan sebuah pernyataan sebagimana dimuat di dalam surat kabar Yordania yang bernama Jaridatul Ghod Al-Urduniyyah pada tanggal 20 Februari 2006 dia berkata:
“Sementara kekhawatiran sebagian pihak, terhadap adanya kemunduran bagi rakyat Palestina akibat adanya kelompok pergerakan Hamas ini, atau kekhawatiran sebagaian pihak atas diwajibkannya hijab (menutup aurat dengan sempurna) terhadap kaum wanita, serta kekhawatiran sebagian mereka akan adanya pembatasan kebebasan bagi rakyat Palestina, khususnya bagi kaum wanita adalah itu semua kekhawatiran yang tidak ada kenyataannya. Kami ini (kelompok pergerakan Hamas) bukanlah kelompok yang baru muncul bukan pula kelompok yang campur aduk (yang tidak ada manhajnya), bahkan kelompok kami secara sejarah adalah sebagai tongkat estafet (sambungan) yang bersambung dari kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dikenal dengan kelompok yang cara berpikirnya adalah mu’tadil (adil/sportif, tidak mutasyadid /terlalu keras dan tidak pula mutasahil /terlalu bermudah-mudahan dalam suatu perkara).”

Maka dari sini kita mengetahui bahwa kelompok Hamas merupakan kelanjutan atau tongkat estafet sejarah dari kelompok Al-Ikhwan Al-muslimun. Hal yang seperti ini juga ditegaskan oleh beberapa tokoh kelompok Hamas yang lainnya tentang bahwasanya kelompok Hamas merupakan kelanjutan dari kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun.

Mengenal latar belakang munculnya kelompok Hamas dan manhaj perjuangan mereka bisa diketahui dari kelanjutan pernyataan Haamid Al-Baitaawi di atas, dengan tegas dia menyatakan: “Kami tidak akan pernah berupaya menerapkan syariat Islam.”
Jika ada yang megatakan: “Pernyataan itu adalah pernyataan pribadi dari Haamid Al-Baitaawi (bukan dari Kelompok Hamas).” Hal ini sebagaimana sering dinyatakan oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun memutar balikan fakta dan bersilat lidah untuk membela kebatilan mereka. Untuk menjawab hal tersebut maka mari kita perhatikan bagaimana pernyataan tokoh-tokoh kelompok Hamas yang lainnya di antaranya Ahmad Yasin ya006Eg pernyataannya mengandung mukhalafah syr’iyyah (penyelisihan terhadap syariat) yang sangat besar dalam tinjauan AlQur’an dan Sunnah Rasulullah yaitu ketika diajukan berapa pertanyaan kepadanya sebagaimana dimuat dalam buku yang berjudul Ahmad Yasin Adhz-Dhzahirah wa Al- Mu’jizah was-Tura At-takhaddi yang dicetak oleh pecetakan Darul Furqan yang isinya:
Pertanyaan si penanya: “Bukankah rakyat Palestina menginginkan negara yang berlandaskan demokrasi? Kenapa anda menentangnya?”,
Kemudian Ahmad Yasin menjawab: “Dan saya juga menginginkan negara Palestina sebagai negara demokrasi yang terdiri berbagai partai-partai dan kekuasaan negeri ini dipegang oleh pihak yang menang dalam pemilu (pemilihan umum).”,
Kemudian si penanya bertanya lagi: “Kalau seandainya yang menang dalam pemilu adalah partai komunis, bagaimana sikap Anda?”
Maka Ahmad Yasin menjawab: “Walaupun yang menang partai komunis saya akan menghormati kemauan rakyat Palestina.”

Dengan tegas Ahmad Yasin pendiri dari kelompok Hamas menyatakan bahwa dia menginginkan negara demokrasi. Wahai Ahmad Yasin, wahai Hamas, wahai Al-Ikhwanul Al-Muslimun dan seluruh orang-orang yang ta’ashshub (fanatik buta) kepada kelompok Hamas dan Al-Ikhwan Al-Muslimun!!, perhatikanlah bahwa demokrasi adalah suatu metode yang datang dari kuffar (orang-orang kafir), itu adalah merupakan salah satu produk dari orang-orang kafir Yahudi dan Nashara, bagaimana kalian akan rela dengan produk orang-orang kafir?, demokrasi adalah sebuah manhaj yang bertentangan dengan agama Islam seratus delapan puluh derajat, demokrasi menyatakan bahwa rakyatlah yang menentukan hukum dengan sendirinya, yang dalam bahasa di negeri kita sering dikenal dengan: Hukum dari dari rakyat oleh rakyat untuk rayat, sementara Allah berfirman:

“Bahwa hukum itu penentuannya di sisi Allah.” (QS……)

Dan Allah berfirman:

“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah tergolong orang-orang yang kafir.” (QS.Al-Maidah: 44)

Demokrasi adalah hukum yang dibuat oleh kaum Yahudi dan Nashara sebagai produk mereka bukan hukum Allah. Maka barangsiapa yang rela berhukum dengan hukum demokrasi, dan rela untuk negaranya menjadi negara demokrasi, maka dia terancam dengan ayat-ayat yang telah kita sebutkan di atas. Dan masih banyak berbagai penyimpangan tentang demokrasi yang sudah sering kita bahas di beberapa pertemuan.

Wahai Ahmad Yasin, wahai Hamas, wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun bertaqwalah kepada Allah!! Demikiankah kalian mendirikan perjuangan dan pergerakan kalian?! Di atas demokrasikah kalian rela negara kalian berdiri?! Dan kalian keberatan untuk menerapkan syari’at Islam?! -Subhanallah!!-, Sementara kalian sangat butuh kepada Allah, dan butuh kepada pertolongan Allah. Demokrasi adalah suatu kekafiran, kalian telah menantang Allah, sementara kalian berhadapan dengan kaum Yahudi yang bengis, namun di waktu yang sama kalian rela menjadikan produk-produk Yahudi sebagai aqidah, manhaj, dan dasar perjuangan kalian. Mana mungkin Allah akan menolong perjuangan kalian, jangan berandai-andai!!

Kemudian dari pertanyaan yang kedua yaitu jika partai komunis yang menang, maka Ahmad Yasin menyatakan : “Walaupun yang menang partai komunis saya akan menghormati kemauan rakyat Palestina.” Komunis itu adalah suatu aqidah yang tidak beriman sama sekali atas keberadaan Allah sebagai pencipta, mereka lebih kafir dari Yahudi dan Nahara. Mereka orang komunis menyatakan : “Tiada Tuhan tiada pencipta, kehidupan ini semuanya adalah materi, bermula dari materi dan berlangsung dengan materi.” Itulah aqidah dan ideologi kaum komunis yang anda rela untuk menghormati kemauan rakyat Palestina atas kemenangan partai komunis. Coba kita perhatikan ini adalah seorang yang ditokohkan, kalau yang mengucapkan ini adalah salah satu tentara kelompok Hamas, maka kondisinya tentu lebih ringan walaupun itu suatu dosa besar. Lalu bagaimana jika ucapan seperti ini diucapkan oleh seorang yang ditokohkan, bagaimana nilai dosa tersebut disisi Allah? Tentu itu jauh lebih besar.

Kemudian masih dalam upaya kita mengenal kelompok Hamas ini. Apakah perjuangan yang sedang mereka lakukan di dalam berperang dengan Yahudi adalah perjuangan yang benar-benar didirikan di atas Tauhid (……) dan didirikan di atas upaya untuk menegakkan syari’at Islam?? ataukah perjuangan yang mereka namakan dengan jihad, apakah jihad ini benar-benar untuk meninggikan kalimat tauhid (……), ataukah untuk tujuan yang lainnya?? Untuk menjawab hal ini mari kita simak bersama pernyataan beberapa tokoh Hamas. Di antara mereka adalah seseorang yang bernama Sholah Syahadah dia adalah Komandan Umum Militer Brigade Al Qossam, dia menyatakan: “Kami beramal sesuai dengan prinsip-prinsip jihad dan kami berpegang teguh dengan prinsip-prinsip tersebut. Dan motto kami adalah bahwasanya kami tidaklah memerangi kaum Yahudi dikarenakan mereka sebagai Yahudi yang beragama Yahudi, bukan karena ini. Tetapi hanyalah kami memerangi mereka karena mereka telah menjajah dan menguasai negeri kami. Dan tidak pula kami memerangi kaum Yahudi dikarenakan aqidah (kekafiran) mereka tersebut, tetapi hanyalah kami ini memerangi mereka karena mereka telah merampas bumi kami.” (Pernyataan ini terekam dan termuat dalam surat kabar yang bernama Al Jil lis Shohafah, tanggal 29 Mei 2002).

Pernyataan yang lain dari tokoh kelompok Hamas adalah Ahmad Yasin yang terekam dan rekamannya ada di komputer kami, dia mengatakan:

“Kami (kelompok Hamas) hanya akan meminta dari kaum Yahudi hak kami dan kami tidak akan menuntut lebih dari hak kami, kami tidak pernah membenci kaum Yahudi dan tidaklah kami memerangi kaum Yahudi dikarenakan mereka sebagai Yahudi yang beragama Yahudi. Yahudi itu adalah orang-orang yang berpegang kepada agama dan kamipun orang-orang yang berpegang kepada agama dan kami mencintai seluruh pemeluk agama.”

-Allahu akbar!! Laa haula walaa quwwata illa billah-
Inilah pernyataan Ahmad Yasin dan yang lainnya, betapa mereka tidak mengerti dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah!! Dan hal ini menunjukkan bahwa selama ini yang banyak bebicara dari tokoh-tokoh pergerakan mereka adalah Ar-Ruwaibidhah. Siapakah Ar-ruwaibidhah? Rasulullah bersabda:

As-Safiih yatakallamu fii umuril ‘aammah
“Yaitu orang yang dungu yang sok berbicara (berkomemtar) masalah urusan umat.”

Sehingga akibatnya umat semakin menderita, salah satunya akibat adalah kaum muslimin Palestina menjadi korban kejahilan (kebodohan) mereka terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pernyataan tokoh-tokoh Hamas seperti Hamid Al-Baitawi, Shalah Syahadah, Ahmad Yasin dan yang lainnya adalah merupakan aqidah yang mereka yakini. Sebenarnya pernyataan-pernyataan mereka adalah bukan hal yang baru karena sebagaimana yang mereka nyatakan bahwa kelompok Hamas adalah kelanjutan sejarah dari kelompok Al-Ikhwaan Al-Muslimuun. Dan sering kita sebutkan dan bahas pernyataan pendiri dan pemimpin umum yang pertama kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun yaitu Al-Hasan Al-Banna. Al-Hasan Al-Banna telah menciptakan sunnah syayyiah (sunnah yang jelek) ini yang kemudian diikuti oleh para pengikutnya sampai hari ini dan dia akan menanggung dosa ini sampai Hari Kiamat dan juga menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya dan yang menyebarkan aqidah yang sangat sesat ini. Al-Hasan Al-Banna dalam salah satu pernyataanya sebagaimana dalam kitab Al-Ikhwanul Muslimun Ahdatsun Shana’at Tariikh jilid yang pertama halaman 409-410, dia mengatakan:

“Saya menegaskan bahwasanya permusuhan kami terhadap kaum Yahudi bukanlah permusuhan yang dilandasi oleh agama.”

-Laa ilaaha illallah, laa ilaaha illallah!!-

Betapa bodohnya sang pemimpin kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun ini terhadap Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, dia telah menciptakan sebuah sunnah sayyiah yaitu sebuah prinsip yang jelek yang kemudian dilanjutkan secara berestafet oleh pengikutnya dengan penuh ‘ashabiyyah dan penuh kebodohan. Wallaahi tsumma wallaahi tsumma wallaahi!!! (Demi Allah 3 kali). Dan barangsiapa yang telah menciptakan sunnah sayyiah maka dia akan menanggung dosa sunnah sayyiah tersebut dan dosa orang-orang yang mengukutinya sampai Hari Kiamat nanti –na’uudzu billaahi min dzaalik-. Kemudian dia mengatakan:
“karena Al-Qur’an telah menghimbau kepada kita untuk bergandengan tangan dengan kaum Yahudi dan menjadikan mereka sebagai teman serta mengasihi mereka.”

-Laa haula walaa quwwata illaa billaah!!-.

Dan diulangi perkataan ini oleh Al-Hasan Al-Banna dalam beberapa kesempatan yang lainnya dan kemudian dilanjutkan oleh para penerus kelompok Al-Ikhwan Al-muslimun dan salah satu dari ulama mereka yaitu Yusuf Al-Qaradhawi dalam salah satu pernyataannya yang dimuat sebuah koran bernama Ar-Raayah Al-Qathariyyah Jaridatur Rayah Al-Qathariyyah edisi 4696 di negeri Qatar karena dia adalah seorang mufti di negeri tersebut, dia mengatakan.

“Tidaklah kami memerangi kaum Yahudi dikarenakan permasalahan akidah, akan tetapi kami memerangi mereka dikerenakan permasalahan tanah (bumi Palestina).”

Padahal Rasulullah ketika ditanya


“Wahai Rasulullah, ada seorang laki-laki berperang karena dia memang pemberani yang suka sekali berperang, dan ada yang kerena ingin memepertahankan negerinya, dan juga ada yang karena ingin dipuji dan dilihat, mana dari ketiga jenis orang tersebut yang tegolong berjihad di jalan Allah?”
Rasulullah menjawab:

“(yang tergolong berjihad di jalan Allah yaitu) Barangsiapa yang berperang dalam rangka meninggikan kalimat Allah (kalimat tauhid dan syriat-Nya).”

Maka dari pernyataa tokoh-tokoh kelompok Hamas dan hadits tersebut diketahui bahwa kelompok Hamas telah berjuang di atas nasionalisme (semangat kebangsaan) Palestina, dan sungguh ini bukanlah perjuangan fii sabiilillah (di jalan Allah), bukanlah ini tergolong Al-Jihaad fii sabiilillah.

Dalam salah satu komentarnya Al-Hasan Al-Banna menyatakan sebagaimana yang telah dimuat dalam sebuah buku yang juga sudah diterjemahkan berjudul Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal, dia mengatakan:

“Tidak diragukan lagi bahwasanya kami dan saudara-saudara kami dari kaum Al-Athbaaq (sebutan kaum Nashara di negeri Mesir) kami menganggap diri kami sebagai orang Arab karena kita semua berbicara dengan bahasa Arab dan kita semua behubungan dengan bahasa Arab selama kita sebagai orang Arab dan termasuk perkara yang wajar kalau kita bersungguh-sungguh dalam upaya saling berhukum pada hukum-hukum Arab.”

–na’uudzu billaahi min dzaalik-. Ini adalah semangat nasionalisme (kebangsaan) Arab, ini bukanlah semangat yang Islami tapi ini adalah semangat yang jaahiliyyah. Sama sekali perjuangan atau negara atau pergerakan apasaja yang didirikan diatas semangat nasinalisme Arab ataupun yang lainnya bukan perjuangan fii sabiililah maka itu semua adalah perjuangan jaahiliyyah. Sekali lagi kita menegaskan bahwa ini semua terjadi karena sebab kejahilan dari tokoh-tokoh Al-Ikhwan Al-Muslimun terhadap Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.

Yaa jaahil (orang yang bodoh)!!, Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa permusuhan dengan Yahudi bukan permusuhan dalam masalah agama. Sementara Yahudi menjadikan permusuhannya terhadap umat Islam sebagai permusuhan agama, mereka selalu berambisi untuk menjadikan kita umat Islam murtad (keluar dari agama).
Allah berfirman:

”Sungguh orang-orang ahli kitab telah berharap terhadap kalian (kaum mukminin) untuk kembali menjadi kuffar(orang-orang kafir) setelah kalian beriman sebagi bentuk hasad (iri dan dengki) mereka (terhadap kaum mukminin).” (QS........)

Perhatikanlah ayat tersebut wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun! Wahai kaum mukminin, mereka Yahudi sangat berharap berambisi untuk kita kembali menjadi murtad meninggalkan Islam setelah keimanan kita, ini adalah sebagai bentuk iri dan dengki kaum Yahudi dan ahlul kitab kepada kita. Bagaimana anda wahai Al-Hasan Al-Banna, Al-Qaradhawi, Al-Ghazali, Ahmad Yasin dan yang lainnya menjadikan permusuhan dan perselisihan kalian dengan Yahudi bukan karena permasalahan agama, bukan karena akidah mereka yang kafir yang ingin kalian perangi. laa haula wa laa quwwta illaa billaah .sementara Allah telah berfirman:


”Tidak akan pernah rela kaum Yahudi dan Nashara sampal kalian mengikuti jejak agama mereka.” (QS...........)

Penguasaan dan perampasan mereka kaum Yahudi terhadap bumi Palestina bukan sekadar urusan tanah, tetapi murni urusan agama sebagai upaya untuk memerangi umat Islam dan keIslaman mereka (kaum muslimin Palestina). Mereka kaumYahudi benci terhadap kita umat Islam, Allah berfirman:


” Sungguh kebencian mereka terhadap kalian telah nampak dari lisan-lisan mereka (Yahudi) dan apa yang disembunyikan dalam hati-hati mereka adalah lebih besar kebenciannya terhadap kalian.” (QS.......)

Wahai Al-Hasan Al-Banna, Ahmad Yasin, Al-Qaradhawi !! Ingatlah ini ayat-ayat Al-Qur’an jika kalian jahil terhadap ayat-ayat ini jangan sok kalian menjadi pemimpin, jangan sok mau berbicara tentang umat, mewakili kaum muslimin, sungguh kaum muslimin bisa terkena adzab gara-gara ucapan-ucapan kalian. Allah berfirman:


”Sungguh pasti kalian (kaum mukminin)akan mendapati kaum yang paling besar kebencian dan permusuhannya adalah Yahudi.” (Al-Maidah: 82)

-Laa haula wa laa quwwata illaa billaah-
Bagaimana mungkin kita bermusuhan dan berselisih dengan kaum Yahudi bukan karena permasalahan agama, sementara mereka siang dan malam menginginkan kemurtadan kita keluar dari agama Islam, berbagai makar mereka pasang untuk mengeluarkan kaum muslimin dari agamnya dan juga menghancurkan kaum muslimin. Ini adalah pergerakan kelompok Hamas sebagai kelanjutan sejarah dari kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun.

Kita telah membahas pada pertemuan yang lalu sebab-sebab datangnya pertolongan dan kemenangan dari Allah dan kita juga telah mendengarkan berbagai ayat dan hadits tentang sebab-sebab datangnya al-’uquubbah (adzab dan musibah) dari Allah yaitu karena dosa kita, karena kemaksiatan kita, karena kesyirikan yang tersebar di tengah umat, dan karena berbagai bid’ah yang menyilisihi Rasulullah dalam berbagai amalan ibadah, akidah dan adab.

Maka kita memberi peringatan untuk diri kita dan kaum muslimin, terkhusus yang berada di Palestina dan terkhusus kelompok Hamas -ittaqullaah!!!-, takutlah kalian kepada Allah!!! Janganlah kalian jadikan umat Islam terkhusus di Palestina yang lemah itu sebagai tumbal kebodohan dan tindakan gegabah kalian di dalam menghadapi kaum Yahudi.

Inilah seklumit tentang kelompok Hamas, dan pada benerapa hari yang lalu kita telah menyebutkan salah satu tokoh kelompok Hamas yaitu Khaaled Mesh’aal yang dia sebagai kepala kantor politik kelompok Hamas, yang beberapa hari ini dalam tragedi Palestina akhir ini keliling ke beberapa negeri, yang katanya untuk mencari jalan keluar untuk tragedi yang mereka alami ini. Wahai Khaaled Mesh’aal Ittaqullaah!!!. Dia datang ke negeri Iran untuk meminta bantuan dari kaum Syi’ah Rafidhah, datang ke kuburan Khumaini meletakkan rangkaian bunga di kuburannya, dan menyatakan pernyataannya yang sesat yang membikin Allah insya Allah marah dengan ucapannya. Dia menyatakan:
”Bahwa Khumaini adalah tergolong sebagai bapak kerohanian kelompok Hamas.” –

-Allahu Akbar!!- Sebelumnya kalian telah menjadikan kaum Yahudi sebagai teman-teman kalian dalam pernyataan-pernyataan kalian. Kalian tidak membenci kaum Yahudi karena aqidah atau kekufuran mereka, ini adalah sebuah musibah!! Bagaimana anda mengucapkan ini, sementara mereka adalah musuh-musuh Allah, kalian menjadikan suatu kaum yang telah menjadikan malaikat Jibril ’alihis salaam sebagai musuh mereka. Malaikat Jibril ’alihis salaam mereka posisikan sebagai musuh. Padahal Allah telah berfirman:



”Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 97-98)

Al-Imam Ath-Thabari dengan tegas menyatakan, dan menukilkan ijma’ para ulama, bahwa ayat ini turun tentang kaum Yahudi, ketika mereka menyampaikan 5 pertanyaan kepada Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas, dan hadits ini adalah hadits yang hasan dengan beberapa jalan periwayatannya. Dalam pertanyaan yang terakhir,

Yahudi menyatakan: “Wahai Muhammad tidaklah seorang nabi kecuali baginya ada seorang malaikat yang membawakan berita. Siapa itu yang membawakan berita kepadamu??
Beliau berkata: “Yang membawa berita kepadaku adalah Jibril ’alihis salaam.”
Maka Yahudi berkata: “Jibril? yang mendatangkan musibah, peperangan, dan adzab?? Sungguh dia adalah musuh kami.”

Kemudian turunlah ayat Al Qur’an yang kita sebutkan di atas.

Kalian wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun telah menyatakan bahwa Allah telah memerintahkan untuk berteman dengan mereka kaum Yahudi, padahal kaum Yahudi yang mana mereka adalah musuh malaikat Jibril ’alihis salaam. Begitu juga kalian telah menjadikan kaum Syi’ah Rafidhah yang juga mengikuti jejak aqidah Yahudi, mereka menuduh malaikat Jibril telah berkhianat di dalam menurunkan Al Qur’an yang semestinya Al Qur’an itu diturunkan kepada Ali bin Abi Thalib bukan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka kaum Syi’ah Rafidhah dengan Yahudi sama, mereka telah menjadikan malaikat Jibril ’alihis salaam sebagai musuh mereka. Bahkan kaum Syi’ah Rafidhah melebihi kaum Yahudi dengan menyatakan bahwa malaikat Jibril ’alihis salaam telah berkhianat terhadap wahyu Allah.

Wahai Hamas bertaqwalah kepada Allah!! Dengan sebab kemaksiatan, berbagai bid’ah, dan berbagai aqidah sesat yang kalian ucapkan dan kalian yakini, Allah datangkan adzab, yang adzab itu tidak menimpa kepada kalian saja. Tapi juga menimpa saudara-saudara kita kaum muslimin yang lemah. Berapa jumlah kepala bayi yang sudah hancur, berapa kaum wanita yang sudah mati, serta berapa jumlah kakek-kakek dan nenek-nenek yang darahnya tertumpah di bumi Palestina gara-gara kemaksiatan dan aqidah kalian yang sesat?!. Allah berfirman:


“Takutlah kalian kepada fitnah (musibah atau bencana), yang tidak hanya akan menimpa kaum yang berbuat dholim di antara kalian saja.” (QS…….. )

Semoga Allah memberikan hidayah, serta perlindungan dari kesesatan kepada kita dan seluruh saudara kita kaum mukminin. Dan semoga Allah membimbing kaum mukminin kepada Al-Haq dan menjauhkan dari kejahatan musuh-musuhnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.